Manajemen Data Geospasial Berbasis Open Source Software GeoNetwork

Disadari atau tidak belakangan ini kita sudah terbiasa dengan data geospasial dan teknologi yang mengusungnya. Hal ini bisa kita jumpai produk akhirnya di layar kaca, internet ataupun media massa lainnya seperti koran dan majalah. Sebagai contoh kejadian tsunami Aceh di akhir tahun 2004 lalu. Jelang beberapa saat setelah kejadian, berita di TV dengan jelas menampilkan wilayah-wilayah kota Banda Aceh dan wilayah bagian pantai Barat provinsi NAD yang porak poranda diterjang tsunami melalui citra satelit Ikonos.

Citra Satelit SPOT Sebelum dan sesudah Tsunami 2004 (LAPAN)

Di tahun 2004 dan 2009, data geospasial juga dimanfaatkan untuk kepentingan pemilu  oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum). Hasil pemilu presiden ditampilkan online near-realtime meggunakan peta berbasis web melalui situs resminya. Teknologi ini dikenal dengan sebutan webmapping atau webgis.

Pemanfaatan data geospasial tidak berhenti hanya untuk contoh di atas. Hampir semua bidang bisa dimudahkan dengan memanfaatkan data dan teknologi ini termasuk juga untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Perencanaan tata ruang, mencari ketersediaan lahan dan potensi sumberdaya alam serta arahan pengelolaannya akan lebih cepat, tepat dan akurat jika memanfaatkan data dan teknologi ini.

Tren saat ini dan ke depan, geospasial merupakan solusi. Ketersediaan data geospasial dari hari kehari akan meningkat pesat. Ini pertanda baik, semakin banyak data geospasial dimiliki berarti semakin banyak pula hal yang bisa dekerjakan. Jadi seyogyanya barangsiapa yang menguasai hal ini dia-lah yang akan mempunyai kesempatan untuk menjadi yang terdepan.

Selanjutnya sebuah pertanyaanpun muncul, sudah puaskah dengan dengan memiliki banyak data? Tentunya BELUM. Ada satu hal penting yang perlu dilakukan yakni MENGELOLA DATA tersebut. Data geospasial memiliki keunikan dibanding data lain, dia memiliki informasi referensi geografis, waktu, format data, hubungan antar obyek serta informasi lainnya seperti resolusi spasial, skala maupun sumber data. Informasi yang ada pada data ini harus bisa dikelola dengan cermat, jika tidak akan menjadi sia-sia bahkan berakibat fatal karena bisa-bisa kan memanfaatkan data yang salah. Misalkan saja untuk kepentingan analisis model arahan lahan suatu wilayah diperlukan data seri Penggunaan Lahan sepuluh tahun terakhir. Sebagian data-data tersebut ditemukan sudah dalam formati digital namun informasi tahun, skala dan sumbernya tidak jelas. Tentunya hal ini menimbulkan keraguan untuk menggunakannya.

Data geospasial bisa dikelola dengan baik melalui Sistem Informasi dan Manajemen Data Geospasial. Ada beberapa sistem di dunia saat ini yang bisa digunakan, namun pada umumnya sistem ini bersifat komersial. Sistem lain yang bisa menjadi pilihan adalah Geonetwork. Geonetwork merupakan teknologi OpenSource GIS berbasis web yang di bangun dan dipublikasi oleh The Environment and Natural Resources Service (SDRN) – The Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO PBB).

Portal GeoNetwork milik Pemda Prov. NAD (2007)

Hingga saat ini Geonetwork telah digunakan di berbagai institusi diantaranya adalah FAO-GeoNetwork (http://www.fao.org/geonetwork), VAM-SIE-GeoNetwork di  World Food Program  (http://vam.wfp.org/geonetwork), WHO, UNEP, CGIAR dan the Global Change Information and Research Centre (GCIRC) China. Di Indonesia institusi yang telah mengimlementasikan Geonetwork adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2006), saat itu Geonetwork masih digunakan dalam jaringan internal pemerintah daerah provinsi dan masih terus dikembangkan, pada saatnya nanti direncanakan akan di publikasi via internet.

Mengapa Geonetwork?

Geonetwork Opensource adalah sebuah perangkat standarisasi dan desentralisasi manajemen informasi spasial, didesain untuk mampu mengakses data geospasial, produk kartografi dan metadatanya yang bersumber dari berbagai institusi, meningkatkan pertukaran dan sharing informasi spasial antar organisasi dan siapa saja yang berkepentingan terhadapnya, berbasis web. Pendekatan manajemen informasi spasial ini dimaksudkan untuk memfasilitasi komunitas pengguna informasi spasial guna memperoleh kemudahan dan ketepatan waktu dalam mengakses data spasial maupun peta-peta tematik guna mendukung pengembilan keputusan dan keperluan lainnya.

Tampilan standart portal GeoNetwork

Geonetwork Opensource mampu menampung aksesbilitas keragaman data yang begitu luas dan besar berikut informasi yang berasoisasi dengannya, pada skala yang berbeda maupun dari berbagai sumber (multi disiplin), mengorganisasikan dan mendokumentasikannya dalam sebuah standar yang konsisten.

Dengan Geonetwork diharapkan terjadi peningkatkan penukaran dan sharing data antar organisasi guna menghindari duplikasi data, meningkatkan usaha kerjasama dan koordinasi dalam mengkoleksi data dan membuatnya tersedia untuk kebaikan bagi semua fihak, menghemat dana, dan pada saat yang sama sebenarnya menjaga/memelihara data serta informasi kepemilikannya.

Geonetwork dibangun untuk menghubungkan komunitas informasi spasial dan data yang dimilikinya menggunakan arsitektur teknologi modern pada saat yang sama dan hemat biaya, berbasis pada prisip Free and Open Source Software (FOSS) dan International and Open Standards for services and protocols. Arsitektur Geonetwork sangat cocok dengan Geospatial Portal Reference Architecture yang merupakan pedoman Open Geospatial Consortium (OGC) dalam mengimplementasikan sebuah portal geospasial berstandarisasi.

Implementasi sistem

Spesifikasi teknis

Geonetwork mengimplementasikan komponen Portal dan database Catalog dari Infrastruktur Data Spasial (SDI) yang telah di definisikan dalam Referensi Arsitektur OGC. Hal tersebut artinya bahwa Geonetwork menyediakan kemampuan untuk mengelola dan mepublikasi metadata atas data spasial dan layanan terkaitnya.

1. Perangkat Lunak

Geonetwork opensource bisa diunduh gratis di https://sourceforge.net/projects/geonetwork. Geonetwork pada utamanya menyediakan  file intalasi versi sisi server, namun dari file tersebut itu juga bisa digunakan untuk intalasi Geonetwork versi stand-alone (komputer tunggal) tentunya dengan memperhatikan beberapa ketentuan saat instlasi dilakukan.

Untuk versi server instalasi akan sedikit lebih rumit karena untuk bisa menjalan Geonetwork perlu perangkat lunak penunjang lain yang harus sudah terinstal sebelumnya dan dipastikan jalan (untungnya perangkat lunak penunjang ini juga opensource). Untuk versi stand-alone beberapa hal ini bisa diabaikan (geonetwork akan menggantikan bagian proses instalasi untuk server-side dengan versi stand-alone).

Peryaratan mutlak untuk instalasi sisi server adalah :

  • Operating System berbasis Windows, Linux maupun Mac OS X.
  • Browser internet yang normal digunakan seperti Firefox v2+ (All), Internet Explorer v6+ (Windows), Safari v3+ (Mac OS X Leopard.
  • Java Runtime Environment (JRE 1.5.0)
  • Apache Tomcat (sebagai web server)
  • JDBC (Java database connectivity) compliant memenuhi DBMS (Database Management System; MySQL, Postgresql, Oracle)
  • File instalasi Geonetwork (update terakhir hingga Oktober 2009 adalah versi 2.4.2 )

Untuk versi stand alone, syarat Apache Tomcat bisa diabaikan diganti oleh Jetty web server dan DBMS MySQL diganti oleh McKoi.

2. Perangkat Keras

Jika geonetwork akan di-instal di sisi server, maka perangkat kerasnya pun juga harus dipersiapkan untuk mampu menunjang itu. Perangkat keras yang dimaksud adalah :

  • Komputer server dengan spesifikasi :
    • Kebutuhan RAM (Random Access Memory) minimal 1 GB
    • Prosesor Komputer 2 GB.
    • Kapasitas Hardisk minimal 200 MB, disarankan untuk lebih, minimal 1 GB mengingat upload-data akan disimpan di Server.
  • LAN – (Local Areal Network)
  • Koneksi internet (menjadikan komputer server sebagai web server – mendaftarkannya ke jaringan internet)
  • Komputer Client

Pengisian data dan  metadata (Pengoperasian Sistem)

Halaman administrasi GeoNetwork

Geonetwork melalui user-access administrator mempunyai kekuasaan penuh dalam mengelola isi web termasuk di dalamnya dapat manambahkan data dan metadata, mengedit dan menghapusnya. Administrator juga dapat membuat user baru yang diperkenankan untuk mengisi data dan metadata. Jadi pengisian data dan meta data bisa diisi secara simultan oleh beberapa user dari komputer client ( versi server).

Jenis data yang umum bisa ditambahkan ke sistem ini adalah.

  • Pengisian data raster berikut metadatanya
  • Pengisian data vektor berikut metadatanya
  • Pengisian data dan metadata / dokumen lain yang menunjang (pdf, gambar, movie, document, dll).

Form isian data (upload data) dan meta data yang disediakan oleh Geonetwork mempunyai standar yang umum digunakan. Adapun beberapa standar tersebut adalah:

  • International Standard ISO 19115:2003  dengan mengimplemantasikan skema ISO 19139:2007,
  • Dublin Core dan
  • FGDC (Federal Geographic Data Committee)

Hasil pengisian data kemudian bisa kita lacak menggunakan fasilitas ’search maupun advance search’, hasilnya pun segera bisa ditampikan baik metadata maupun sekaligus datanya.

[Disalin dr majalah GeoSpasial – Volume 7/Edisi 1/April 2009, ISSN No. 1558-3725]

Author: laju gandharum

Lahir di Jakarta - besar di Depok.

6 thoughts on “Manajemen Data Geospasial Berbasis Open Source Software GeoNetwork”

  1. saya instal geonetwork dah berkali2 tetap ga bisa jalan geonetworknya..saya instal di windows 7 apa ada apengaruhnya??makasih mohon infonya…

  2. Mas… saya mau tanya nih…, GIS bisa gak membuat suatu aplikasi , seperti vb2008, yg memiliki tombol Button dan membuat Form degsain, sehingga kita bisa input data, hapus kemudian cari data, dengan memggunakan tombol button itu, maaf mas saya buta menggunakan gis, cma bisa gambar peta saja,… mohon mas infonya…thanks..

Leave a reply to calvin Cancel reply